Artikel

Budong-Budong, Bendungan Pertama di Sulbar Mulai Dibangun

 
 | ArusBaik

ArusBaik.id - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memulai pembangunan Bendungan Budong-Budong di Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar). Namun, apa saja manfaat pembangunan bendungan tersebut untuk wilayah dan masyarakat setempat?

Dalam keterangan yang dikutip dari Setkab, Sabtu (17/4), Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pembangunan infrastruktur tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing, melainkan juga pemerataan hasil-hasil pembangunan dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat. Termasuk dalam hal ini, pembangunan bendungan.

Budong-Budong yang merupakan bendungan pertama di Sulbar ini masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 109 Tahun 2020. Bendungan ini ditujukan untuk menambah jumlah tampungan air dalam rangka mendukung program ketahanan pangan dan air.

Data dari laman Setkab menyebutkan, bendungan Budong-Budong memiliki kapasitas tampungan sebanyak 65,18 juta meter kubik. Bendungan ini dibangun dalam rangka pengembangan dan peningkatan Daerah Irigasi (DI) di area seluas 3.577 hektare.

“Pembangunan bendungan diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya. Dengan demikian bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat bermanfaat, karena airnya dipastikan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani,” ujar Basuki.

Sebagai informasi, kabupaten dengan lima kecamatan ini memiliki luas wilayah 306.527 kilometer persegi yang sebagian besar merupakan lahan kering, sekitar 38 persen dan sekitar 24 persen lahan kering sekunder. Komoditas unggulan wilayah ini antara lain tanaman pangan padi dan palawija, serta perkebunan sawit, kakao, kelapa, jeruk, kopi, tanaman obat, dan aromatika (nilam).

Di samping itu, bendungan ini juga mempunyai potensi manfaat air baku sebesar 410 liter per detik. Sebagai daerah yang tengah berkembang, diperkirakan Kabupaten Mamuju Tengah akan banyak kegiatan pembangunan dalam bidang pertanian lahan basah maupun kegiatan industri. Tentu akan membutuhkan dukungan air baku yang bisa terbantu dengan adanya sumber air dari bendungan.

Tak hanya untuk irigasi dan penyediaan air baku, pembangunan bendungan ini juga diperlukan sebagai pengendali banjir untuk kawasan rawan bencana seperti Kecamatan Budong-Budong, Topoyo, dan Karossa. Diperkirakan, bendungan ini bisa mereduksi 60 persen dari 341,59 meter kubik per detik menjadi 106,76 meter kubik per detik.

Konstruksi pembangunan bendungan ini sudah dimulai sejak Desember 2020 dan ditargetkan selesai pada Desember 2023, sesuai kontrak.

Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi III, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR, Taufik mengatakan, saat ini masih dalam tahap penyelesaian pembebasan lahan untuk mendukung kelancaran konstruksi fisik.

Bendungan yang dibangun dengan anggaran sebesar Rp1,02 triliun ini akan membendung Sungai Salulebbo yang merupakan anak Sungai Budong-Budong. Adapun kontraktor pembangunannya adalah PT Abipraya-Bumi Karsa, KSO dan Konsultan Supervisi PT Indra Karya – PT Tuah Agung Anugrah – PT Ciriajasa E.C, KSO.