Artikel

Di Hadapan Pemimpin Dunia, Presiden Paparkan Strategi Tangkal Perubahan Iklim

 
 | ArusBaik

ArusBaik.id - Presiden Joko Widodo menjadi salah satu pembicara dalam pertemuan Major Economes Forum on Energy and Climate 2021 atas undangan Presiden Amerika Serikat Joe Biden.

Presiden Jokowi mengikuti acara tersebut secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat pada Jumat (17/9) kemarin.

Dalam sambutannya, Presiden mengatakan sektor energi dan iklim saat ini sedang mengalami masa sulit. Kesulitan tersebut, kata Presiden, memerlukan kerja sama dari seluruh negara dan tidak bisa diselesaikan satu negara saja.

“Kredibilitas, khususnya aksi konkret, sangat krusial,” ujar Presiden melansir laman Presidenri.go.id, Minggu (19/9).

Lebih jauh Presiden memaparkan kontribusi Indonesia dalam menghadapi ancaman perubahan iklim. Sejumlah strategi dan transformasi di bidang energi menjadi fokus Indonesia dalam isu tersebut.

Di antara yang telah dan akan dilakukan Indonesia terkait energi adalah mendorong peralihan pembangkit listrik menggunakan energi baru terbarukan, mempercepat infrastruktur energi baru terbarukan, meningkatkan penggunaan biofuels, dan mengembangkan industri kendaraan listrik.

Selain itu, lanjut Presiden, Indonesia juga telah menargetkan netral karbon pada tahun 2060 mendatang. Kawasan percontohan untuk target ini sedang dikembangkan di Kalimantan Utara.

"Yaitu pembangunan Green Industrial Park seluas 20 ribu hektare, terbesar di dunia, di Kalimantan Utara,” ungkap Presiden.

Dalam hal transisi enegi ini, Presiden menekankan pentingnya kemitraan global. Pasalnya, transisi energi bagi negara berkembang membutuhkan pembiayaan dan teknologi yang terjangkau.

“Kami membuka peluang kerja sama dan investasi bagi pengembangan bahan bakar nabati, industri baterai litium, kendaraan listrik, teknologi carbon, capture, and storage, energi hidrogen, kawasan industri hijau, dan pasar karbon Indonesia,” imbuhnya.

Presiden Jokowi juga menyampaikan dukungannya terhadap Global Methane Pledge atau ikrar aksi bersama yang bertujuan mengurangi 30 persen emisi metana global pada tahun 2030.

Global Methane Pledge, bagi Presiden, dapat menjadi momentum penguatan kemitraan dalam mendukung kapasitas negara berkembang.

“Bersama Amerika Serikat dan 45 negara lainnya, Indonesia juga telah bergabung dalam Global Methane Initiative. Pengurangan emisi metana telah masuk dalam Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia,” tandasnya.

Presiden Jokowi menjadi satu dari 10 kepala negara uang mengikuti konferensi yang membahas energi dan perubahan iklim tersebut. Konferensi ini juga diikuti oleh Sekretaris Jenderal PBB, Presiden Eropa, dan Presiden Komisi Eropa. (WIL)