Artikel

Di KTT G20, Presiden Minta Arsitektur Kesehatan Global Diperkuat

 
 | ArusBaik

ArusBaik.id - Presiden Joko Widodo turut berpidato dalam KTT G20 yang membahas soal ekonomi dan kesehatan di La Nuvola, Roma, Italia, Sabtu (30/10).

Dalam kesempatan tersebut, Presiden mengajak para pemimpin negara untuk memperkuat arsitektur kesehatan global. Hal itu penting agar dunia lebih kuat jika ada pandemi di masa mendatang.

"Indonesia mengajak untuk memperkuat arsitektur kesehatan global," ujar Presiden Jokowi mengutip siaran pers Biro Setpres, Minggu (31/10).

Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk memperkuat arsitektur kesehatan dunia itu. Presiden menjelaskan, pertama penyusunan mekanisme penggalangan sumber daya kesehatan global.

Penyusunan SDM kesehatan ini mencakup dana, vaksin, obat, alat kesehatan, hingga tenaga kesehatan yang siap diterjunkan setiap saat untuk membantu negara yang mengalami krisis kesehatan.

"IMF sudah memberikan contoh, tentang penggalangan sumber daya keuangan global untuk membantu negara yang mengalami krisis keuangan," jelas Presiden.

Langkah kedua, lanjut Presiden, yaitu penyusunan standar protokol kesehatan global terkait dengan aktivitas lintas negara, termasuk di antaranya protokol kesehatan perjalanan antarnegara.

Adapun ketiga, G20 harus menjadi bagian penting dari solusi untuk mengatasi kelangkaan dan kesenjangan vaksin, obat-obatan, dan alat-alat kesehatan esensial.

Menurut Presiden, G20 harus mendukung diversifikasi produksi dan alih teknologi ke negara berkembang, eliminasi hambatan perdagangan bahan baku vaksin, dukungan terhadap TRIPS Waiver, dan terus meningkatkan berbagi dosis dan mendukung COVAX Facility.

"Proses penataan ulang arsitektur ketahanan kesehatan global ini harus inklusif, serta berpegang teguh pada prinsip solidaritas, keadilan, transparansi, dan kesetaraan," tegasnya.

Selain ketahanan kesehatan dunia, Presiden Jokowi juga mendorong para pemimpin G20 untuk mempercepat pemulihan ekonomi global yang lebih kuat, inklusif, dan berkelanjutan.

G20, katanya, perlu menjadi katalis bagi koordinasi menuju normalisasi kebijakan ekonomi, setelah dalam dua tahun ini dunia menjalankan kebijakan extra-ordinary di bidang fiskal, moneter, dan sektor keuangan.

Selain itu, G20 juga harus menjadi katalis bagi dukungan likuiditas dan restrukturisasi utang bagi negara miskin. Selain itu, juga bagi reaktivasi konektivitas global, khususnya sektor yang mengandalkan pergerakan manusia dan barang, seperti pariwisata dan manufaktur.

Dalam kesempatan tersebut Presiden didampingi oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Co-Sherpa Kementerian Luar Negeri Dian Triansyah Djani. (WIL)