Artikel

Ekspor Melesat, Pemulihan Ekonomi Nasional On the Track

 
 | ArusBaik

ArusBaik.id - Neraca perdagangan pada bulan Agustus 2021 surplus US$ 4,74 miliar. Angka ini menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah dan akan mendukung ketahanan eksternal Indonesia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada bulan Agustus surplus neraca perdagangan sebesar US$ 4,74 miliar sementara pada bulan Juli sebesar US$ 2,59 miliar. Surplus ini ditopang oleh kinerja ekspor yang melesat di tengah kenaikan impor.

"Secara kumulatif Januari-Agustus 2021, neraca perdagangan telah membukukan surplus US$ 19,17 miliar," ujar Kepala BPS Margo Yuwono, dikutip katadata.co.id.

Margo mengungkapkan, tren kinerja ekspor terus menunjukkan peningkatan sejak tahun lalu. Ekspor pada bulan Agustus mencapai US$ 21,42 miliar. Jumlah ini melesat 20,92% dibandingkan bulan sebelumnya atau 64,1% dibandingkan Juli. Sementara impor tercatat US$ 16,68 miliar, naik 10,35% dibandingkan bulan lalu atau 55,26% dibandingkan bulan sebelumnya.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan ekspor migas naik 7,48% secara bulanan atau melesat 77,93% secara tahunan menjadi US$ 1,07 miliar. Sedangkan ekspor nonmigas naik 21,75% secara bulanan atau 63,43% secara tahunan menjadi US$ 20,36 miliar.

Surplusnya neraca perdagangan juga tak lepas dari tren kenaikan harga sejumlah komoditas yang masih berlanjut pada bulan lalu. Seperti contohnya, harga batu bara naik 11,04% , minyak kelapa sawit 6,85%, dan kernel oil 4,66%. Tidak hanya itu, kenaikan harga juga terjadi pada alumunium, timah, dan nikel.

Namun demikian, meski tak signifikan, juga terjadi penurunan harga pada beberapa produk, yakni tembaga sebesar 0,85%, emas 1,25%, dan minyak mentah Indonesia atau ICP 6,06%.

Melonjaknya capaian ekspor, terjadi di beberapa negara. Untuk negara tujuan Tiongkok mencapai US$ 1,2 miliar, India US$ 759 juta dan Jepang US$ 435 juta. Kenaikan ekspor ini terutama terjadi pada kelompok lemak dan minyak hewani/ nabati US$ 1,54 miliar, bahan bakar mineral US$ 573 juta, serta biji, logam, terak, abu US$ 213 juta.

Terkait surplusnya neraca perdagangan, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, hal ini terjadi karena pelonggaran PPKM level 4-3 akhir-akhir ini yang dinilai memberikan sinyal yang positif bagi pemulihan ekonomi Indonesia.

Meski masih dilakukan pembatasan mobilitas bertahap, sebagaimana 5M protokol kesehatan, namun ia menilai ke depannya, khususnya pada kuartal IV/2021 perekonomian akan semakin membaik.

“Kami melihat bahwa angka perkiraan untuk CAD 2021 dapat mendukung keseluruhan neraca pembayaran, juga cadangan devisa dan stabilitas nilai tukar rupiah,” ujarnya dikutip bisnis.com.

Menurut Faisal, CAD atau Current Account Deficit diperkirakan akan defisit mencapai -1,06 persen dari PDB hingga akhir 2021. Namun, meski melebar dari posisi 2020 yang tercatat sebesar -0,42 persen dari PDB, perkiraan pelebaran CAD pada 2021 tetap relatif lebih sempit dari tingkat rata-rata 5 tahun pra-pandemi, yakni sebesar -2,22 persen dari PDB.

Dikutip laman resmi Bank Indonesia, bi.go.id, surplus neraca perdagangan Indonesia pada bulan Agustus 2021 adalah yang tertinggi sejak Desember 2006. Dengan perkembangan tersebut, neraca perdagangan Indonesia terus mencatat nilai positif sejak Mei 2020.

Neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Agustus 2021 secara keseluruhan mencatat surplus US$ 19,17 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun 2020 sebesar US$ 10,96 miliar. (DIN)