Artikel

Hati-hati! Kaum Milenial Jadi Sasaran Rekrut Teroris

 
 | Arusbaik

Dua aksi terorisme yang terjadi beberapa hari lalu mengungkap kekhawatiran baru. Para pelaku aksi teror diketahui masih berusia muda, masuk dalam kategori milenial. Istilah “teroris milenial” pun kini mulai digunakan di sejumlah media, untuk memberi penekanan pada aspek usia, dan menyampaikan pesan pada generasi muda untuk waspada.

Pelaku bom bunuh diri di Makassar yang kemudian diketahui bernama Lukman adalah seorang pria kelahiran 1995, begitu pula dengan perempuan yang melakukan aksi penembakan di Mabes Polri, dia baru berusia 25 tahun. Di balik fakta-fakta lain yang sudah mulai terungkap, aspek usia ini juga menjadi sorotan penanggulangan teror.

"Jangan lagi ada anak-anak muda kita terjebak dalam pemikiran radikal terorisme. Menjadi sebuah kewajiban bersama kita jaga, kita pelihara, sehingga anak-anak muda kita berkembang menjadi anak-anak muda yang cinta kepada bangsa dan negarnya, dan kelak jadi pemimpin bangsa ini,” kata Boy Rafli Amar, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Boy juga menyoroti peran media sosial yang semakin kuat dalam menyebarkan paham-paham garis keras. Menurutnya, media sosial menjadi sarana bagi para teroris. Mantan Kadiv Humas Polri itu mengajak semua unsur bangsa, termasuk para pemuka umat untuk bersama-sama menjaga kalangan muda kita dari pemikiran yang berbahaya. Melalui media sosial, BNPT akan mengajak masyarakat untuk kontranarasi kelompok ekstremis. 

"Jadi kontranarasi artinya dari seluruh masyarakat, bukan hanya BNPT tapi masyarakat umum melakukan kontranarasi. Melakukan literasi digital, edukasi kepada warga netizen," kata Boy beberapa waktu lalu ketika berkunjung ke Makassar pasca ledakan bom bunuh diri yang dilakukan oleh sepasang pengantin muda yang baru 6 bulan menikah.