Artikel

Lakukan Hilirisasi, Pemerintah Komitmen Optimalkan Sektor Pertambangan

 
 | ArusBaik

ArusBaik.id - Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk meningkatkan nilai tambah produk sektor pertambangan yang disebut banyak pihak sebagai "harta karun" negeri ini. Salah satu upaya yang dilakukan adalah hilirisasi pada sektor pertambangan ini.

Dalam banyak kesempatan, Presiden Joko Widodo menekankan perihal hilirisasi sektor pertambangan ini. Dengan hilirisasi, nantinya Indonesia tidak lagi menjual produk mentah, melainkan harus diolah terlebih dahulu sehingga nilai jualnya bertambah.

Hilirisasi ini akan dilakukan pada semua produk pertambangan seperti nikel, mineral hingga batubara. Khusus untuk mineral dan batubara (minerba), hilirisasi merupakan amanat dari UU Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Pada UU tersebut diamanatkan kepada pemangku kebijakan untuk tidak melakukan ekspor bahan minerba mentah. Hilirisasi minerba ini sudah berjalan dan disambut baik oleh industri hilir yang akan terus dikembangkan.

Salah satu upaya pemerintah dalam melakukan hilirisasi ini adalah dengan mendorong pembangunan smelter atau fasilitas pemurnian oleh PT Freport Indonesia. Smelter ini akan dibangun di Kawasan Industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur.

“Banyak produk hilirisasi yang bisa dikejar, agar nantinya di Indonesia bisa ada pabrik-pabrik yang akan menggunakan hasil pemurnian dari Freeport. Nilai tambahnya bisa terus didorong," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengutip Okezone.com, Selasa (12/10).

Agus menerangkan, PT Freeport Indonesia adalah perusahaan tambang yang berafiliasi dengan Freeport-McMoran dan holding industri pertambangan BUMN, Mining Industry Indonesia (MIND ID). Perusahaan ini sudah membangn pemurnian tembaga sebagai bahan baku industri otomotif, elektronik, kabel hingga electric vehicle.

Adapun pembangunan smelter di Gresik ini akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo dengan peletakan batu pertama atau groundbreaking pada hari ini, Selasa, 12 Oktober 2021.

Smelter Freeport di Gresik akan dibangun di atas lahan seluas 100 hektare, dan area pendukung seluas 120 hektare. Dengan luas tersebut, Smelter Freeport ini akan menjadi tempat pemurnian terbesar di dunia.

Pemerintah juga akan membangun smelter lain. Hingga tahun 2024 nanti, Indonesia akan memiliki 53 fasilitas pengolahan dan pemurnian hasil tambang. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

  • 4 smelter tembaga

  • 30 smelter nikel

  • 11 smelter bauksit

  • 4 smelter besi

  • 2 smelter mangan

  • 2 smelter timbal & seng.

Hilirisasi akan menjadi andalan ke depan untuk berkontribusi pada penerimaan negara, selain dari pajak dan dari batubara. Gasifikasi batubara juga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan gas untuk rumah tangga. Kemudian untuk mineral, ada tembaga, nikel, emas, timah, bauksit dan alumunium, semuanya itu merupakan bahan baku industri-industri berat yang bisa dioptimalkan pemanfaatannya di dalam negeri. (WIL)