Artikel

Mengenal Indra Rudiansyah, Anak Muda Indonesia dalam Tim Pembuat Vaksin AstraZeneca

 
 | ArusBaik

ArusBaik.id - Sosok Indra Rudiansyah (29) tengah menjadi sorotan. Mahasiswa Universitas Oxford asal Indonesia ini turut berkontribusi di balik terciptanya vaksin Covid-19 AstraZeneca.

Indra tergabung dalam tim Jenner Institute pimpinan Sarah Gilbert. Sejak 20 Januari 2020, tim ini bekerja keras menguji coba vaksin Corona di Pusat Vaksin Oxford. Lantaran kekurangan SDM, semua orang diperbolehkan bergabung untuk mempercepat proses produksi vaksin.

Pria yang sedang menempuh pendidikan S3 Clinical Medicine di Universitas Oxford ini pun bergabung dalam tim untuk membantu uji klinis. Tugasnya adalah menguji antibody response dari para relawan yang sudah divaksin. Dia berhasil mendapatkan tanggung jawab ini berkat pengalamannya terlibat dalam pengembangan vaksin rotavirus dan novel polio di Biofarma.

"Saya tentunya sangat bangga bisa tergabung dalam tim untuk uji klinis vaksin Covid-19 ini, meskipun ini bukan penelitian utama untuk thesis saya," kata Indra dikutip dari Kontan, Kamis (22/7).

Saat ini, alumni Institut Teknologi Bandung ini sedang melakukan penelitian thesis terkait vaksin malaria. Namun, dia berani mengambil sikap nyata berpartisipasi dalam pembuatan vaksin yang tengah dibutuhkan banyak orang. Indra juga sempat tampil dalam video perkenalan tim riset yang dirilis Deutsche Bank pada Februari lalu. Dari sinilah, masyarakat mulai menyadari peneliti muda asal Indonesia yang membanggakan ini.

Indra menuturkan proses pengembangan vaksin ini hanya membutuhkan waktu enam bulan. Dalam kurun waktu tersebut sudah menghasilkan data uji preklinis dan initial data untuk safety, serta imunogenitas pada manusia.

Mereka juga melakukan penelitian terhadap 560 sampel orang dewasa yang sehat, termasuk 240 orang berusia di atas 70 tahun.

"Biasanya untuk vaksin baru paling tidak memerlukan waktu lima tahun hingga tahapan ini," ujar alumnus S2 Bioteknologi ITB dengan Fast Track Program itu.

Hasilnya, dijelaskan Indra, vaksin AstraZeneca ini lebih dapat ditoleransi pada orang yang lebih tua daripada orang dewasa muda. Meski harganya murah, efikasi atau kemanjurannya tergolong tinggi, termasuk mencegah infeksi varian Delta.

“vaksin yang beredar saat ini berstatus emergency used sehingga clinical trial masih terus berjalan,” jelasnya.

Sehingga, pasien yang sudah divaksin akan terus mendapatkan pemantauan untuk data penelitian lebih lanjut tanpa menghilangkan prinsip utamanya untuk mengurangi dampak infeksi Covid-19. (CHE)

Simak penjelasan ringkasnya berikut ini: