Artikel

Menurut BPOM, 71.4 Persen Relawan Uji Vaksin Nusantara Alami KTD

 
 | ArusBaik

Vaksin Nusantara yang dikembangkan oleh mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto hingga kini belum mendapat lampu hijau dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Kepala BPOM, Penny K Lukito pun angkat bicara mengenai Vaksin Nusantara ini. Menurutnya, pihaknya belum memberi restu pada vaksin tersebut lantaran masih ada beberapa kedala.

Kendala paling utama, kata dia, adalah ditemukannya kejadian tidak diinginkan (KTD) yang terjadi selama proses uji vaksin Nusantara.

Menurut Penny, pihaknya menemukan ada 71,4 persen relawan uji klinis vaksin Nusantara yang mengalami KTD saat uji Fase I yang dilakukan.

Sebanyak 20 dari 28 subjek mengalami KTD meskipun dalam katgori 1 dan 2. Penny menyebutkan, ada pula relawan uji klinis yang mengalami KTD kategori 3 dengan tingkat keluhan efek samping lebih berat.

"KTD pada kategori 3 merupakan salah satu krieria penghentian pelaksanaan uji klinik yang tercantum pada protokol uji klinik," ujar Penny dalam keterangan pers yang diterima Kamis (15/4).

Berikut adalah KTD yang dialami oleh para relawan uji klinis vaksin Nusantara:

Kejadian tidak diinginkan kategori 3:

6 subjek mengalami hipernatremi

2 subjek mengalami peningkatan Blood Urea Nitrogen (BUN)

3 subjek mengalami peningkatan kolesterol

Kejadian tidak diinginkan kategori 1 dan 2:

- Nyeri lokal

- Nyeri otot

- Nyeri sendi

- Nyeri kepala

- Penebalan

- Kemerahan

- Gatal

- Petechiae (ruam)

- Lemas

- Mual

- Demam

- Batuk

- Pilek dan gatal.

Diketahui, para peneliti vaksin Nusantara tidak menghentikan proses uji. Bahkan mereka sudah melakukan uji vaksin ke Fase II.