Artikel

Pemulihan Gambut dan Mangrove, BRGM Perkuat Kebijakan Iklim

 
 | Arusbaik

Badan Restorasi Gambut (BRG) yang dibentuk Presiden Jokowi pada Januari 2016 lalu diberi tugas tambahan untuk mempercepat rehabilitasi ekosistem mangrove. Pada  23 Desember 2020 Presiden Jokowi menetapkan langkah tersebut melalui perubahan nama BRG menjadi Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM).

Jokowi melantik Ir. Hartono, M.Sc yang sebelumnya menjabat sebagai sekretaris BRG sebagai Kepala BRGM baru. Menurut Hartono, seperti dikutip Liputan6.com, tugas BRGM sangatlah berat. Namun ia tetap optimistis bisa melaksanakan tugas ini dengan baik, lantaran berbekal pengalaman mengawal restorasi gambut lima tahun sebelumnya (2016-2020). Dalam menjalankan tugasnya pada empat tahun ke depan, BRGM akan bekerja bersama lebih erat dengan Kementerian LHK, Kementerian PUPR, dan kementerian atau lembaga serta stakeholders lainnya. 

Pada acara serah terima jabatan dengan Kepala BRG periode 2016-2020, Hartono mengatakan, “Sesungguhnya ada kaitan erat antara ekosistem gambut dan mangrove. Di beberapa pulau kecil bergambut di Riau misalnya, keberadaan mangrove penting untuk melindungi pulau dari abrasi.” Hartono juga menegaskan, “Kerusakan mangrove menjadi ancaman pada ekosistem gambut yang ada karena kedua ekosistem ini banyak juga yang saling terhubung,” kata dia.

Direktur  Wetlands International Indonesia, Nyoman Suryadiputra, menjelaskan bahwa di dalam mengelola ekosistem gambut dan mangrove, BRGM perlu mengacu pada  komitmen  pemerintah  Indonesia  terkait  penurunan  gas rumah kaca (GRK) karena ekosistem ini kaya karbon dan berperan penting dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. 

Nyoman juga menambahkan, pengelolaan  ekosistem  gambut  dan  mangrove  merupakan pekerjaan lintas sektoral dengan melibatkan berbagai pemangku   kepentingan baik pemerintah, masyarakat, dan swasta. Karena itu, Nyoman mengusulkan BRGM perlu menciptakan lokasi percontohan atau demo plot terkait restorasi gambut dan mangrove di provinsi prioritas.

Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR) juga mengatakan ekosistem gambut dan mangrove sama-sama menjadi penyerap dan penyimpan karbon yang baik. Mangrove di Indonesia mampu menyimpan 3,14 miliar ton karbon atau sepertiga dari karbon dalam ekosistem pesisir dunia, sementara gambut di Indonesia mampu menyimpan 57 gigaton karbon. Kemampuan keduanya jelas memiliki peran penting dalam pengendalian perubahan iklim. Jokowi memang tetap konsisten dalam kebijakan pro iklimnya sebagaimana dinyatakan pada dunia internasional saat Konferensi Perubahan Iklim di Paris tahun 2015 lalu.