Artikel

Penggunaan Air Bersih Meningkat Selama Pandemi

 
 | ArusBaik

ArusBaik.id - Salah satu kunci ketahanan tubuh terhadap virus Covid-19 adalah ketersediaan asupan gizi seimbang yang cukup serta dukungan air minum dan sanitasi yang bersih untuk menentukan terbangunnya imunitas.

Hasil riset Indonesia Water Institute (IWI) mengungkapkan konsumsi air bersih meningkat hingga tiga kali lipat selama pandemi Covid-19. Kondisi ini disebabkan oleh kebiasaan baru masyarakat, mulai dari mandi setelah beraktivitas hingga mencuci tangan untuk mencegah penularan virus Corona.

Pendiri dan Pimpinan IWI Firdaus Ali mengatakan total konsumsi air rumah tangga sebelum pandemi berkisar 415—615 liter per hari per rumah tangga. Setelah pandemi, konsumsinya melonjak menjadi 995—1.415 liter per hari per rumah.

“Benang merah dalam kajian kami meskipun masih kajian awal, bahwa peningkatan penggunaan air bersih sampai tiga kali lipat dari keadaan sebelumnya, ini penting disikapi,” ujar Firdaus dalam acara Webinar Pola Konsumsi Air Bersih Masyarakat Selama Pandemi Covid-19, Kamis (11/2).

Terkait kebutuhan air bersih di masa pandemi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus mendorong peningkatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) selaku Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), PUPR menyelenggarakan SPAM untuk mewujudkan 100% akses air minum aman.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan prasarana dan sarana air minum merupakan infrastruktur dasar yang memberikan pengaruh vital pada kesehatan dan lingkungan.

“Namun mengingat kemampuan pendanaan pemerintah sangat terbatas melalui APBN untuk membiayai pembangunan infrastruktur secara utuh, maka diperlukan berbagai inovasi pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur penyediaan air minum,” kata Basuki dalam keterangan tertulis, Sabtu (30/1).

Terkait pembiayaan alternatif untuk pembangunan infrastruktur penyediaan air minum, Direktur Air Minum Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya Kementerian PUPR Yudha Mediawan menyatakan pihaknya terus mendorong alternatif pembiayaan selain APBN untuk menambah jumlah sambungan rumah tangga (SR).

Yudha menyebutkan, Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR menargetkan pembangunan SR hingga 10 juta unit di Indonesia hingga 2024. Nilai investasi yang dibutuhkan untuk mengejar target tersebut mencapai kira-kira Rp143 triliun, sedangkan dana yang disediakan APBN hanya sekitar 26 persen atau sekitar Rp37 triliun hingga 2024.

“Artinya, ada kesenjangan pendanaan sekitar Rp106 triliun, yang mana harus dipenuhi dari pembiayaan alternatif (creative financing), misalnya dengan skema kolaborasi APBD, Dana Alokasi Khusus (DAK), Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), pinjaman perbankan, dan lainnya,” ujar Yudha.