Artikel

PKI, Isu Laten dalam Black Campaign

 
 | ArusBaik

ArusBaik.id – Pembahasan mengenai Partai Komunis Indonesia (PKI) selalu ramai setiap tahunnya di akhir bulan September. Hal ini tak lain karena gerakan pemberontakan yang dikenal sebagai G30S/PKI.

Ironisnya, isu kebangkitan PKI kerap digunakan sebagai black campaign yang digunakan oknum tokoh politik untuk menjatuhkan lawannya.

Seperti contohnya Presiden Joko Widodo yang dituding sebagai anak seorang tokoh PKI. Padahal, faktanya, ayah Presiden Jokowi adalah Widjiatno Notomiharjo, yang merupakan pengusaha kayu. “Tidak ada catatan bahwa Widjiatno pernah bergabung di Militer atau PKI,” demikian dilansir kominfo.go.id.

Mengutip suara.com, saat tragedi 1965, tetangga-tetangga ayah Presiden di Kampung Cinderejo, diciduk tentara karena terkait dengan PKI.

Sementara, keluarga Presiden tidak ikut diciduk karena tidak ada bukti keterlibatan dengan PKI ataupun sayap organisasinya. Bahkan, Ibunda Presiden, Sujiatmi takut saat melihat tetangganya diciduk tantara.

"Tetangga sebelah kiri rumah saya dibawa ke Nusakambangan," tulis kesaksian Sujiatmi dalam buku berjudul Saya Sujiatmi, Ibunda Jokowi, Kisah Perempuan Pengajar Kesederhanaan karya Kristin Salmah dan Fransisca Ria Susanti.

Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo pun pernah mengembuskan isu kebangkitan PKI. Ia menyatakan, PKI sudah menyusup ke tubuh TNI yang dibuktikan dengan hilangnya patung sejumlah tokoh penumpas PKI dari Museum Dharma Bakti di Markas Kostrad, Jakarta Pusat.

Namun, hal itu langsung dibantah Panglima Kostrad, Letjen Dudung Abdurachman. Dengan tegas, ia menyatakan tuduhan keji itu tidak benar.

"Patung tersebut dibuat pada masa Panglima Kostrad Letjen AY Nasution (2011-2012). Kini patung tersebut diambil oleh penggagasnya, Letjen AY Nasution, yang meminta izin kepada saya selaku Panglima Kostrad saat ini," kata Dudung dikutip Jawapos.

Melansir BBC News Indonesia, Pengamat Politik dari Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam berpendapat mengenai sikap Gatot bahwa yang dilakukan hanyalah perdebatan tanpa ujung sekaligus ingin mempertegas posisinya sebagai pihak oposisi pemerintah yang ia anggap telah dirasuki "komunis gaya baru".

Menurutnya, cara yang dilakukan Gatot, yakni melabeli lawan dengan komunis atau antikomunis seharusnya tidak dipakai lagi di era demokrasi saat ini. Pasalnya, hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk kepentingan tertentu pula.

"Kelompok masyarakat menengah ke bawah dengan level pendidikan rendah atau kelompok Islam konservatif terbawa narasi ini. Meskipun secara kuantitatif tidak dominan, tapi masih ada yang mengkonsumsi," jelas Khoirul.

Atas dasar hal tersebut, ia mengungkapkan bahwa isu tentang PKI harus diberantas. Ia khawatir jika narasi yang diembuskan tanpa landasan bukti kuat terus dibiarkan, maka akan semakin banyak orang yang percaya sehingga lama-lama akan dianggap sebagai sebuah kebenaran baru.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menangkis isu PKI diantaranya dengan membangun komunikasi di masyarakat tentang keberagaman yang moderat, rasional, dan inklusif.

Selain itu juga Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Polri menindak tegas pihak-pihak yang memanfaatkan isu PKI untuk menjatuhkan pihak lain.

"Jangan gamang, tindak, hentikan. Bisa dengan menghapus konten itu. Karena masyarakat kita begitu simplistis dalam mencerna informasi. Akhirnya kemudian begitu mudah melakukan labeling dan itu tidak cerdas,” tegasnya. (DIN)