Artikel

Rp 20 Triliun untuk Kartu Prakerja Sudah Tepat Sasaran

 
 | ArusBaik

ArusBaik.id - Patricia Deviyanti adalah salah satu penerima Kartu Prakerja. Sebelumnya, perempuan berusia 34 tahun ini bekerja sebagai staf IT di salah satu kantor swasta, lantas diberhentikan di awal pandemi. Lalu, ia mencoba membuka online shop, tapi dalam tempo dua bulan, ia malah merugi.

Beruntung ia berhasil mendapatkan kuota Kartu Prakerja gelombang 3. Ia pun memilih kelas online yang berhubungan dengan bisnisnya seperti digital marketing dan copywriting. “Setelah mengikuti kelas-kelas tersebut, skill saya semakin meningkat dalam hal membangun trafik organik ke media sosial online shop,” kata Patricia bangga.

Pandemi Covid-19 tidak hanya memberi pukulan keras bagi sektor kesehatan tetapi juga di sektor ketenagakerjaan dan perekonomian. Pandemi memaksa banyak perusahaan tutup dan atau terpaksa mengurangi pekerjanya.

Pemerintah telah melakukan beberapa kebijakan yang diharapkan dapat memulihkan ekonomi dari kelompok yang paling terimbas pandemi. Salah satunya, menetapkan kebijakan Program Kartu Prakerja menjadi semi-bantuan sosial, sebagai bagian dari Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sektor perlindungan sosial.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menyatakan, program ini telah tepat sasaran. “Berdasarkan dari hasil survei evaluasi I terhadap lebih dari 450.000 penerima Kartu Prakerja, dapat disimpulkan bahwa dari aspek penerima, Kartu Prakerja sudah tepat sasaran,” kata Susiwijono Moegiarso.

Karena itu, pada 2021 pemerintah kembali melanjutkan program tersebut dengan anggaran yang sama dengan tahun sebelumnya, yakni Rp20 triliun.

Demi memperbarui kompetensi program ini, evaluasi terus dilakukan oleh penyelenggara. Dari evaluasi pertama yang hasilnya dirilis tahun lalu, setidaknya 90% penerima adalah pengangguran atau pekerja informal yang terdampak Covid-19.

Hal ini diperkuat hasil survei Badan Pusat Statistik tahun 2020 yang menunjukkan bahwa 88,9% penerima Kartu Prakerja menyatakan keterampilan kerjanya meningkat, baik itu skilling, reskilling, upskilling. Sebanyak 81,2% penerima menyatakan insentif yang diterima bisa dipakai untuk membeli kebutuhan sehari-hari.