Artikel

Sayangi Orangtua dengan Pastikan Mereka Divaksin Covid-19

 
 | ArusBaik

ArusBaik.id - Orang lanjut usia (Lansia) adalah salah satu kelompok yang rentan bila tertular Covid-19.

Berdasarkan ddata yang disampaikan pemerintah, angka kematian lansia di atas usia 60 tahun akibat Covid-19 mencapai 49,4 persen. Hal itu membuat vaksinasi bagi mereka cukup mendesak.

Kerentanan lansia akan semakin meningkat karena sebagian besar memiliki komorbid atau penyakit degeneratif yang kerap mengiringi penuaan. Pengaruh komorbid terhadap daya tahan terhadap Covid-19 sangat besar. Oleh sebab itu, sangat penting untuk memastikan orangtua dan lansia lainnya mendapatkan vaksin.

Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Reni Rondonuwu mengungkapkan, salah satu kendala penyebab rendahnya cakupan vaksinasi lansia adalah masalah akses.

Kondisi fisik yang menurun, lokasi vaksinasi yang jauh, tidak adanya pendamping, akses transportasi yang sulit, dan lain sebagainya, menjadi faktor-faktor yang menghambat lansia mendapatkan vaksinasi.

Dilanjutkan Maxi, daerah perlu melakukan gerakan bersama yang melibatkan pihak-pihak terkait agar semakin banyak lansia yang divaksinasi.

"Kami membuat kebijakan, satu pendamping yang membawa dua lansia akan ikut disuntik vaksin. Mudah-mudahan daerah juga akan diimplementasikan. Karena ada 456 kabupaten/kota yang cakupan vaksinasi lansia masih di bawah 25 persen," kata Maxi.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kepercayaan masyarakat untuk melindungi diri dari penularan Covid-19, termasuk kekhawatiran akan keamanan serta efektivitas vaksinasi.

Ketua ITAGI Sri Rezeki S Hadinegoro menekankan kepada masyarakat agar tidak takut akan efek samping vaksinasi. Menurutnya, kelompok lansia yang mengalami Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) tergolong sangat rendah.

"Efek samping kedua vaksin ini (Sinovac dan AstraZeneca) cukup ringan, tidak ada yang masuk RS atau sampai meninggal. KIPI pada lansia ini justru sangat sangat sedikit dibandingkan yang dewasa/muda," kata Sri Rezeki.

Mengutarakan hal yang senada, Ketua Komnas PP KIPI Hindra Irawan Satari mengatakan, meski kesadaran lansia terkait vaksinasi cukup baik, tak jarang justru dilarang keluarga yang tak memiliki informasi tepat.

Sebagai lansia Hindra menyatakan telah divaksinasi dua kali. Lelaki berusia 66 tahun ini memiliki gangguan gangguan irama jantung, penderita hipertensi, kolesterol yang sempat tinggi, dan juga asam urat.

"Alhamdulillah sehat, saya sudah dua kali divaksinasi, jadi jangan ragu-ragu," katanya.

Dalam keadaan memiliki komorbid atau penyakit penyerta, lansia tetap bisa divaksin. Karena divaksin akan lebih baik daripada tidak divaksin.

"Jika ada KIPI (Kejadian Ikutan PascaImunisasi) mudah-mudahan sifatnya ringan dan dapat ditolerir namun manfaat vaksinasi jauhlebih besar maka sama-sama kita divaksin," tutur Hindra.

Pengamat kebijakan publik dari Unsoed, Dr. Slamet Rosyadi mengingatkan, Hari Lanjut Usia Nasional yang diperingati pada 29 Mei merupakan momentum tepat untuk mempercepat capaian vaksinasi.

"Ini momentum yang tepat untuk mempercepat capaian vaksinasi bagi lansia," katanya, dikutip dari Bisnis.com.

Dr. Slamet menjelaskan, lansia harus menjadi prioritas vaksinasi karena merupakan kelompok yang berisiko tinggi terpapar Covid-19.

"Lansia merupakan prioritas utama dalam Program Vaksinasi Nasional menuju percepatan kekebalan komunal atau 'herd immunity'," katanya.

Ia menambahkan, Hari Lanjut Usia Nasional merupakan momentum bagi semua pihak untuk bersama-sama melindungi lansia.

"Caranya adalah dengan memperkuat protokol kesehatan dan menerapkan 5M yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilitas," katanya. (ACD)