Artikel

Siswa Harus Sekolah Tatap Muka, Ini Alasannya

 
 | ArusBaik

ArusBaik.id – Dampak dari adanya pandemi Covid-19, sistem pembelajaran di Indonesia terganggu. Sistem belajar mengajar yang semula dilakukan tatap muka, usai virus Corona melanda menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Dilakukannya proses belajar mengajar secara online ini kerap dikeluhkan bagi dari siswa sendiri, orangtua maupun guru. Ada sejumlah masalah yang kerap muncul saat pembelajaran via daring ini, seperti terbatasnya ketersediaan alat dan jaringan internet, juga sumber daya manusia dan pola pembelajaran itu sendiri.

Oleh sebab itu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim ingin agar para siswa kembali melakukan pembelajaran tatap muka (PTM).

“Mengenai pembelajaran tatap muka terbatas, dari tahun kemarin, tim kami di Kemendikbudristek posisinya sudah jelas. Secepat dan seaman mungkin semua anak harus balik sekolah,” ujar Nadiem dikutip akun Youtube DPR, Senin (30/8).

Lebih lanjut, Nadiem menegaskan bahwa posisinya sudah sangat jelas. Namun, ia menuturkan yang terjadi saat sudah 30 persen anak-anak mulai sekolah tatap muka, tiba-tiba Delta varian memukul Indonesia.

“Pada saat itu terjadi, itu adalah minggu tersedih kita. Kita sudah kerja keras untuk mendorong banyak daerah yang sulit sekali untuk membuka sekolahnya akhirnya mereka membuka tiba-tiba Delta varian melanda,” keluhnya.

“Jadi, perjuangan kita terus, posisi kita masih jelas, setiap kali diskusi dengan kementerian-kementerian lain kita selalu sama,”ucap Nadiem lebih lanjut.

Menurutnya, pembelajaran tatap muka harus segera dilakukan karena kondisi psikologis, kognitif dan learning loss anak sudah terlalu kritis. Maka cara yang dapat dilakukan adalah harus secepat mungkin membuka sekolah dengan protokol kesehatan yang ketat.

“Jadi saya tidak harus menjelaskan lagi apa risikonya karena kita sudah terjadi penurunan capaian belajar, banyak anak yang putus sekolah apalagi perempuan di berbagai macam daerah, banyak learning loss yang dampaknya permanen, kekerasan terjadi di dalam rumah tangga ini kita semua sudah tahu,” jelasnya.

Nadiem pun sadar pada saat pembelajaran jarak jauh dilakukan, orangtua atau anak mengalami ketegangan. “Maka ini harus segara kita akselerasi,” imbuhnya.

Jika dibuat secara rinci, maka lima alasan dilakukannya pembelajaran tatap muka, yaitu:

1. Psikologis anak

Menurut Mendikbud Nadiem, psikologi anak sudah dalam fase kritis akibat sudah terlalu lama mengikuti pembelajaran secara daring.

2. Learning loss

Sejak virus Corona datang ke Indonesia, anak-anak kehilangan kesempatan belajar. Learning loss sendiri dapat berakibat pada kemunduran akademis anak tersebut.

3. Penurunan capaian belajar

Hal ini merupakan risiko dari dilakukannya sekolah online. Bahkan, penurunan capaian belajar juga imbas dari learning loss yang terjadi.

4. Banyak anak putus sekolah

Akibat PJJ ini, tidak sedikit anak yang terpaksa putus sekolah. Mereka yang putus sekolah terutama perempuan di berbagai daerah. Kondisi ini menjadi dampak permanen daripada learning loss.

5. Kekerasan dalam rumah tangga

Adanya kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) juga alasan penting agar sekolah tatap muka kembali dibuka. (DIN)

Simak penjelasan ringkasnya berikut ini: