Artikel

Situasi Myanmar Mencekam, Dunia Internasional Mengecam

 
 | Arusbaik

Berawal dari hasil pemilihan umum yang dianggap tidak sah, Junta Militer di Myanmar melakukan upaya kudeta kekuasaan. Sebagai respons dari perampasan kekuasaan khas militer itu, masyarakat Myanmar turun ke jalan melakukan sejumlah protes.

Hingga Jumat (19/3) gerakan pemberontakan sipil terhadap Junta Militer semakin meluas di penjuru Myanmar. Gelombang perlawanan dihadang intimidasi dari kelompok militer, mengakibatkan kekacauan serius dan berakhir pada kekerasan, hingga kematian.

Di internet, media lokal dan internasional mengunggah foto-foto kepadatan lalu lintas yang terjadi di jalan raya utama utara Yangon. Kemacetan disebabkan oleh orang-orang yang ingin melarikan diri dari kota itu menuju pedesaan yang dinilai lebih aman.

Krisis politik di Myanmar semakin memprihatinkan dunia internasional. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan sudah lebih dari 220 orang tewas dalam bentrokan antara aparat dan pedemo anti-junta militer sejak kudeta berlangsung.

Presiden Joko Widodo pun angkat bicara. Pada Siaran Pers yang secara khusus disiapkan untuk merespons situasi di salah satu negara ASEAN itu, Presiden menyampaikan duka cita dan simpati yang mendalam kepada rakyat Myanmar, khususnya mereka yang menjadi korban dan keluarga korban.

“Saya akan segera melakukan pembicaraan dengan Sultan Brunei Darussalam sebagai Ketua ASEAN, agar segera diselenggarakan pertemuan tingkat tinggi ASEAN yang membahas krisis di Myanmar,” kata Presiden Joko Widodo (19/3).