Artikel

Yakin Mau Mudik? Baca Penjelasan Wapres Dulu Nih!

 
 | ArusBaik

ArusBaik.id - Silaturahmi memang sunah. Tetapi bila ada bahaya seperti pandemi Covid-19, maka menjaga diri dari wabah penyakit adalah wajib.

Teman Baik punya rencana mudik di Lebaran mendatang? Lebih baik dibatalkan dulu, ya. Karena, ada bahaya yang mengintai.

Bagi Wakil Presiden Ma'ruf Amin, menjaga silaturahmi dengan mudik saat Idul Fitri itu perbuatan sunah. Sementara menjaga diri dan orang lain dari bahaya penularan Covid-19 adalah hal yang wajib dilakukan seluruh masyarakat.

"Mudik, silaturahmi itu sunah. Memang bagus. Tetapi, ada bahaya, sehingga menjaga diri dari wabah penyakit itu adalah wajib," kata Wapres dalam keterangannya beberapa waktu lalu.

Masih kata Wapres, pertimbangan adanya bahaya itu juga menjadi salah satu alasan pemerintah melarang mudik pada hari raya Idul Fitri nanti.

Larangan mudik tertuang dalam Surat Edaran Kepala Satgas Penanganan Covid-19 nomor 13 Tahun 2021 tentang Peniadaan Mudik pada Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri Tahun 1442 Hijriah selama 6-17 Mei 2021.

Wapres menambahkan, larangan mudik ini berkaca dari pengalaman tahun lalu. Ketika itu, terjadi peningkatan penularan Covid-19 sampai 90 persen di musim mudik.

Secara agama, lanjut Wapres, merujuk pada ulama asal Banten, Syekh Nawawi, disebutkan bahwa menjaga diri sendiri dan orang lain dari bahaya yang akan datang hukumnya adalah wajib.

Covid-19, imbuhnya, sudah diyakini dan dipastikan adanya bahaya dari penularan virus tersebut. Sehingga menghindarinya menjadi wajib.

"Kalau itu, sudah wajib kita hindari. Covid-19 ini bukan lagi mazmumah (buruk), melainkan diyakini, dipastikan adanya. Oleh karena itu, tentu kewajibannya lebih tinggi," katanya.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), laju transmisi Covid-19 mencapai 2,5 di awal pandemi. Dengan kata lain, 1 kasus terkonfirmasi Covid-19 bisa menularkan hingga dua orang lainnya yang sehat.

Dalam perjalanan maupun ketika tiba di tujuan mudik, Teman Baik akan bertemu puluhan bahkan mungkin ratusan orang. Bayangkan bila bertemu banyak orang dalam ruang terbatas seperti bus, kereta api, pesawat terbang, atau ruang tertutup di lokasi tujuan.

Selain ada kemungkinan terpapar ketika berdekatan dengan orang yang sudah terjangkit, ada pula kemungkinan tertular dari hal lain. Misalnya, menyentuh benda-benda fasilitas umum, seperti pintu, pegangan tangga, alat di toilet umum, dan sebagainya.

Karena tidak ada gejala, seseorang yang baru terpapar bisa saja tanpa sengaja membawa penyakit tersebut ke tempat tujuan. Tanpa sadar, orang tersebut menularkan ke banyak orang. Di tempat tujuan mudik, orang yang paling berisiko tinggi tertular adalah orang tua, anak kecil, dan lainnya.

Untuk memudahkan melihat bahayanya mudik di masa pandemi, mari coba lihat angka kejadian lonjakan penularan Covid-19 tahun lalu di Jawa Timur, yang dihimpun dari berbagai sumber.

Dilaporkan, kenaikan kasus penularan Covid-19 dari awal puasa (24/4/2020) hingga dua pekan setelah Lebaran (7/6/2020), mencapai delapan kali lipat lebih.

Di awal puasa, dari 690 kasus menjadi 5.940 kasus pada dua pekan setelah Lebaran. Lonjakannya mencapai 5.250 pasien baru.

Sedangkan pasien yang sembuh di awal puasa dari 133 orang menjadi 1.499 pasien di dua minggu setelah Lebaran. Lalu, pasien yang meninggal di awal puasa hanya 75 dan menjadi 502 orang pada dua pekan setelah Lebaran.

Bisa terlihat lonjakan penularan yang sangat tinggi untuk rentang waktu relatif singkat.

Nah, Teman Baik tak mau, kan, menjadi pembawa penyakit berbahaya ke orang-orang terkasih di kampung halaman?

Jadi, yuk, ikuti pesan Wapres Ma'ruf Amin. Lebih baik jaga kesehatan diri dan orang lain dengan menunda mudik. Akan lebih menyenangkan ketika mudik dilakukan ketika semua orang dalam keadaan sehat. Setuju?