Artikel

A-Z Penanganan Covid-19 oleh Presiden Jokowi

 
 | ArusBaik

ArusBaik.id – Sejak virus Corona masuk ke Indonesia pada Maret 2020, Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin terus berupaya menangani pandemi Covid-19 yag terjadi di tanah air.

Berbagai upaya pun dilakukan pemerintahan Presiden Jokowi dalam menangani pandemi Covid-19 mulai dari penerapan sejumah kebijakan seperti PPKM bertingkat hingga gencar melakukan program vaksinasi, termasuk pemulihan di bidang ekonomi dan pariwisata.

Dengan berbagai upaya yang dilakukan, angka kasus Covid-19 terus mengalami penurunan. Dikutip laman resmi covid19.go.id, data per tanggal 20 Oktober 2021 menyebutkan, kasus aktif turun 16.376. Angka kesembuhan naik 1.207 hingga total kesembuhan mencapai 4.077.748. Saat ini, jumlah orang yang terkonfirmasi 4.237.201 dan total angka kematian 143.077.

Menyoal tentang penanganan Covid-19 di Indonesia, berdasarkan dokumen berjudul Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh 2021 yang diunggah dilaman presidenri.go.id, dijelaskan mengenai upaya dan pencapaian yang telah dilakukan presiden untuk menangani hal ini.

Presiden Jokowi sebagai Panglima Tertinggi memimpin pertempuran panjang melawan pandemi Covid-19 menekankan pentingnya kepemimpinan lapangan, kebijakan strategis, konsolidasi kerja tim, serta urgensi turun lapangan.

Tak heran jika orang nomor satu di Indonesia ini turun langsung mengecek pergerakan vaksinasi, ketersediaan obat, ruang perawatan, oksigen, distribusi sembako, serta semua prioritas dalam satu komando.

“Perlu konsistensi tujuan dan arah kebijakan. Tapi strategi dan manajemen harus dinamis seturut tantangan. Konsolidasi organ Pemerintah Pusat dan Daerah adalah niscaya,” demikian tulis dokumen tersebut.

Pemerintah pun menutup semua celah kelengahan dan belajar pada serangan gelombang kedua varian Delta. Disiplin protokol kesehatan serta vaksinasi merata adalah solusi jitu menuju endemi. Pasalnya, karakter virus Covid-19 sangat dinamis, selalu berubah dan bermutasi.

“Yang tak akan berubah adalah elemen bahaya. Transmisi virus sejatinya bergantung pada mobilitas. Maka penanganan perlu dikawal hingga level mikro. Jadikan masyarakat basis RT dan RW sebagai ujung tombak. Hasilnya, efektif menekan laju penularan. Fungsi pelacakan, pemeriksaan, isolasi, terelaborasi secara substantif. Manfaatkan kearifan lokal untuk membangun kesadaran seluruh masyarakat.”

Protokol kesehatan menjadi kunci untuk memutus mata rantai Covid-19. Memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan menjauhi kerumunan (3M) serta Testing, Tracing, Treatment (3T) adalah kunci.

Pemerintah pun mengerahkan segenap daya demi mengamankan pasokan vaksinasi. Kebutuhan yang besar dan mendesak, maka kuota vaksin harus merata di seluruh tanah air. Perburuan vaksin dari luar negeri dilakukan bersama inisiatif produksi di dalam negeri. Salah satunya, vaksin Merah Putih. Diplomasi pun digelar lewat jalur bilateral dan multilateral.

Berdasarakan catatan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN), hingga 4 Oktober 2021 total vaksin yang berhasil diamankan pemerintah berjumlah 280.527.920 dosis terdiri atas 219.676.280 dosis vaksin Sinovac, 28.190.720 dosis vaksin AstraZeneca, 8.450.000 dosis vaksin Sinopharm, 8.000.160 dosis vaksin Moderna, dan 15.710.760 vaksin Pfizer.

Untuk pendistribusian vaksin, di kota-kota besar mungkin tidak ada hambatan, namun untuk mendekatkan vaksin ke akar rumput dan ke seluruh negeri bukan tanpa kesulitan. Kondisi geografis, birokrasi gemuk, terbatasnya vaksinator, adalah beberapa faktor yang dapat menghambat terdistribusinya vaksin.

Namun solusi tak boleh putus. Urusan geografis selesai dengan moda transportasi dan partisipasi warga. Birokrasi rumit dipangkas. Opsi vaksinator dipecahkan lewat pelibatan aktor, bidan, TNI, Polri, kampus dan relawan.

Saat ini, berdasarkan data vaksin.kemkes.go.id update tanggal 21 Oktober 2021 pukul 12.00 WIB, dari total sasaran vaksinasi sebesar 208.265.720, sebanyak 110.406.777 atau 53.01 persen sudah melakukan vaksin tahap pertama dan 65.173.148 atau 31.29 persen sudah melakukan vaksin hingga tahap kedua.

Dalam keadaan yang sedemikian rumit, orang Indonesia yang dikenal tangguh dan panjang akal berhasil membuat inovasi solutif masalah kesehatan, kemanusiaan, kematian. Banyak temuan yang membantu penanganan infeksi Corona.

Temuan tersebut antara lain robot disinfektan, ventilator jinjing, alat pelindung diri tenaga medis, alat tes Non-PCR COVID, PCR Test Kit termasuk aplikasi kecerdasan buatan, Mobile Laboratorium Biosafety Level 2 (BSL 2) hingga aat bantu pernafasan yang telah diproduksi secara massal serta aplikasi konsultasi dokter dan penyedia obat.

Hal positif akibat adanya pandemi, Indonesia akhirnya memperkuat kemandirian industri obat dan alat kesehatan. Berbekal Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan menjadi pegangan, Indonesia berhasil mengurangi ketergantung impor bahan baku obat.

Alhasil, Indonesia mampu memproduksi 358 jenis alat kesehatan pandemi diantaranya oksimeter, nebulizer, elektrokardiogram, ventilator, High Flow Nasal Cannula (HFNC), Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR), Rapid Test Antigen, dan Rapid Test Antibody.

Saat pemerintah tengah berjuang melawan virus Corona, varian Delta menyerang. Rumah sakit penuh, terjadinya kelangkaan obat dan oksigen hingga memicu kenaikan harga akibat ulah para penimbun. Bergerak cepat, pemerintah segera mencari solusi dengan menetapkan harga eceran tertinggi (HET).

Selalu turun tangan melihat kondisi di lapangan, Presiden Jokowi tahu persis bagaimana kondisi rakyatnya saat ini. Untuk membantu perekonomian masyarakat, ia membuat Program Keluarga Harapan, Kartu Sembako, Diskon Listrik, Subsidi Gaji, Bantuan Produktif Usaha Mikro, Bantuan Sosial Tunai, BLT Dana Desa, dan Program Kartu Pra Kerja yang terus ditingkatkan. Selain itu subsidi Kuota Internet untuk daerah-daerah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dimaksimalkan bagi tenaga pendidikan, murid, mahasiswa, guru, dosen.

Klaster Perlindungan Sosial (Perlinsos) dirancang untuk menjaga masyarakat dapat terus memenuhi kebutuhan dasar di tengah pandemi. Selain itu, pemerintah juga menjamin rakyat mampu mendapatkan pangan serta kebutuhan pokok dengan harga wajar.

Langkah yang ditempuh pemerintah adalah dengan menjaga kecukupan stok dan mengamankan rantai pasok. Kebijakan impor dilakukan jika amat terpaksa.

Pemerintah juga terus meningkatkan produktivitas pangan dalam negeri. Mulai dari menyiapkan infrastruktur, subsidi sarana produksi pertanian, subsidi pangan bagi para terdampak pandemi, serta bantuan alat dan mesin pertanian.

Sementara dalam bidang pendidikan, pemerintah membuka Pembelajaran Tatap Muka (PTM) setelah setahun lebih menerapkan sekolah daring. Pelaksanaannya pun terbatas, syaratnya ketat.

Syarat dimaksud yakni isi ruang kelas maksimal 50 persen, siswa sudah divaksin, dan harus ada izin orang tua. Pembatasan ini dilakukan untuk mencegah sekolah menjadi klaster baru Covid-19.

“Tujuan PTM adalah menekan learning loss anak-anak. Resiko ini sudah diprediksi sejak penutupan sekolah di seluruh dunia menyusul badai pandemi,” demikian bunyi laporan tersebut.

Semua upaya yang telah dan sedang dilakukan pemerintah akan terus berjalan hingga kita semua dapat hidup berdampingan dengan Covid-19. Oleh sebab itu, dibutuhkan juga peran serta masyarakat dengan disiplin melakukan 5M protokol kesehatan dan mengikuti anjuran serta peraturan yang telah ditetapkan. (DIN)