Artikel

Alumni UGM Gotong Royong Buat Peti Mati untuk Jenazah Pasien Covid-19

 
 | ArusBaik

ArusBaik.id - Tingginya angka kasus meninggal dunia terkonfirmasi positif virus Corona membuat peti mati sebagai kebutuhan pemakaman ikut langka. Hal ini menggerakkan Alumni Gelanggang Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk membuat peti guna membantu memenuhi kebutuhan pemakanan dengan protap Covid-19.

Juru bicara relawan alumni Gelanggang Mahasiswa UGM Herlambang Yudho mengungkapkan gerakan ini merupakan aksi spontanitas dari teman-teman alumni gelanggang UGM. Herlambang menuturkan awalnya mereka mendapatkan informasi krisis peti di salah satu rumah sakit sehingga jenazah tidak bisa segera dimakamkan karena menunggu stok peti.

“Dia mendapatkan informasi mulai krisis peti, dan pemakaman tertunda. Jadi jenazah yang sudah ditahan lebih dari dua jam di rumah sakit dan itu terus bertambah dan menumpuk," kata Herlambang dikutip dari Kompas.com, Sabtu (24/7).

Banyaknya korban meninggal tapi tidak bisa segera dimakamkan dengan layak ini membuat Herlambang dan teman-temannya prihatin. Keprihatinan ini membuat mereka yang tadinya tidak bisa membuat peti mati kemudian belajar membuat peti mati yang memenuhi standar untuk pemakaman dengan protap Covid-19.

"Kita evaluasi mana yang kurang ini itu, untuk efisiensi bahan dan biaya donasi yang masuk betul-betul bermanfaat dan bisa menjadi sebanyak mungkin peti," ujarnya.

Tidak berhenti sampai disitu, Herlambang dan teman-temannya juga memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan gerakan ini. Beberapa orang yang membaca cerita ini kemudian tergerak untuk memberikan donasi. Donasi yang terkumpul dipakai untuk membeli bahan-bahan karena menurut perhitungan membuat sendiri lebih murah dibandingkan membeli peti mati yang sudah jadi.

“Saya posting beberapa cerita, tidak ngomong minta donasi tapi kemudian ada yang memberikan donasi, bukan apa-apa, bukan kami tidak butuh donasi, open donasi itu saya takutnya kalau tidak terkendali kami tidak mampu memenuhi kami juga berat, tanggungjawabnya berat," cerita Herlambang.

Selain donasi, diceritakan Herlambang banyak juga relawan yang turut bergabung membantu membuat peti mati. Mereka yang bergabung jadi relawan datang dari berbagai macam profesi.

"Ada dosen, ada filmmaker, sutradara datang ke sini ya ngamplas kemudian ngecet itu ada seniman, ada juga yang sekadar ngangkut ke mobil. Jadi mereka melihat sendiri kemudian apa yang bisa dibantu," ungkapnya.

Hingga saat ini, sudah ada 30 peti mati yang dihasilkan. Peti-peti ini didistribusikan untuk kebutuhan di RSUP Dr. Sardjito dan RSA UGM.

Herlambang berharap gerakan ini bisa menginisiasi orang lain untuk turut ambil bagian di tempat lain. Sehingga kebutuhan peti bisa terpenuhi. Jangan sampai pemakaman harus tertunda karena peti tidak ada.

"Sebenarnya agar direplikasi oleh pihak-pihak lain gitu lho, harapan kami begitu. Kemarin ada dokter dari Klaten juga meminta bantuan peti karena di sana kekurangan peti kantong jenazah dan macam-macam. Tapi kami adakan pun sulit karena keterbatasan kami," jelasnya.

Dia juga berharap pandemi Covid-19 segera berakhir. Kalaupun masih terjadi pandemi, jangan sampai ada lagi korban meninggal.

“Harapan kami sesegera mungkin kami berhenti produksi, artinya Covid-19 itu sudah turun atau pengadaan peti itu juga sudah teratasi. Harapan kami yang lain adalah kalau memang masih panjang ini, supaya kita bareng-bareng memenuhi kebutuhan peti yang krisis ini, itu harapan kami paling utama. Kita kan gotong royong nomor satu semangatnya,” kata Herlambang. (CHE)

Simak penjelasan ringkasnya berikut ini: