Artikel

Enam Tradisi Unik Lebaran di Indonesia, Apa Saja?

 
 | ArusBaik

ArusBaik.id - Merayakan hari kemenangan setelah berpuasa selama sebulan penuh menjadi sebuah keistimewaan tersendiri bagi umat Muslim di seluruh dunia. Saat Lebaran, umat Islam akan menunaikan ibadah shalat Id di masjid atau lapangan. Kemudian dilanjutkan dengan silaturahmi dengan sanak saudara, teman atau tetangga.

Namun, sudah dua tahun ini tradisi Lebaran ini ditangguhkan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Masyarakat sendiri diminta untuk beribadah shalat Id di rumah dan tidak melakukan mudik.

Meski begitu, Indonesia ternyata punya beraneka ragam tradisi unik saat Lebaran. Berikut 6 tradisi unik di Indonesia:

1. Tradisi Meugang di Aceh

Lebaran di Aceh disambut dengan tradisi Meugang. Dalam tradisi ini orang-orang berkumpul di masjid kampung untuk memasak daging kemudian menyantapnya bersama-sama. Selain itu, daging yang ada juga biasanya dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan sebagai bentuk amal dan perhatian.

2. Grebeg Syawal di Yogyakarta

Grebeg Syawal merupakan ritual yang diadakan Keraton Yogyakarta untuk memperingati Idulfitri yang bertepatan dengan 1 Syawal. Sejumlah masyarakat percaya Gunungan Grebeg membawa berkah dan ketenteraman. Upacara diawali dengan arak-arakan hasil bumi yang disusun rapi berbentuk gunungan Lanang dan dikawal prajurit Keraton dari Pagelaran Keraton menuju Masjid Agung Kauman untuk didoakan. Selanjutnya, hasil bumi akan menjadi rebutan masyarakat yang hadir.

3. Makan Nasi Jaha di Sulawesi Utara

Tradisi ini berlangsung selama tiga hari setelah Idulfitri di Minahasa dan Gorontalo, Sulawesi Utara. Masyarakat Moroboi Besar akan memasak nasi jaha kemudian dinikmati bersama-sama. Nasi Jaha adalah makanan khas Sulawesi Utara yang terbuat dari ketan, santan, dan jahe yang kemudian dimasukkan ke dalam batang bambu yang telah dilapisi daun pisang. Bambu tersebut kemudian dibakar dengan serabut kelapa. Setelah matang, nasi jaha dinikmati berama-ramai.

3. Perang Topat di Lombok

Perang Topat atau perang ketupat memiliki ciri khas dengan saling melempar ketupat. Ketupat dijadikan alat kerukunan antar umat Hindu dan Islam di Lombok. Setelah berdoa dan melakukan ziarah, masyarakat melakukan Perang Topat di makam Loang Baloq, di kawasan Pantai Tanjung Karang dan Makam Bintaro di kawasan Pantai Bintaro.

4. Festival Meriam Karbit di Pontianak

Masyarakat Pontianak, Kalimatan Barat melangsungkan Festival Meriam Karbit di tepian sungai Kapuas untuk merayakan Lebaran. Festival digelar 3 hari sebelum, saat dan sesudah Lebaran. Meriam terbuat dari pohon kelapa atau kayu durian dan menghasilkan bentuk meriam yang panjang dengan bentuk silinder yang lebar juga diikat dengan rotan. Konon, meriam ini dipercaya sebagai pengusir kuntilanak lantaran mengeluarkan suara yang bising.

5. Nyama Selam di Bali

Di Bali ada tradisi makan-makan atau Nyama Selam untuk merayakan keberaman agama dan keindahan toleransi beragama. Nyama selam berarti saudara dari kalangan Muslim, merupakan sebutan khas penduduk Bali yang mayoritas beragama Hindu kepada kerabat sekampung yang beragama Islam.

Menjelang Idulfitri, masyarakat Muslim akan melakukan "ngejot" atau memberikan hidangan kepada masyarakat sekitarnya, tidak peduli apa pun agama mereka. Tradisi ini sudah dilakukan sejak masa kerajaan dan hampir dapat ditemukan di sebagian besar daerah di Bali. Tidak hanya masyarakat Islam, umat Hindu akan memberikan balasan dengan melakukan "ngejot" kepada umat Islam pada Nyepi atau Galungan.

6.Tradisi Tumbilotohe di Gorontalo

Tradisi Tumbilotohe diselenggarakan untuk menyambut Idulfitri di Gorontalo. Tumbilotohe berarti memasang lampu. Masyarakat setempat akan memasang lampu sejak tiga malam terakhir menjelang Idulfitri. Lampu-lampu dipasang dengan berbagai bentuk dan warna yang meriah di sejumlah tempat umum hingga di ladang. (CHE)