Artikel

Mengapa Perlu Penyekatan dan Tracing-Testing?

 
 | ArusBaik

ArusBaik.id - Pemerintah berupaya keras untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dengan berbagai cara. Di antaranya adalah dengan melakukan penyekatan serta tracing atau testing.

Namun, usaha memutus rantai penularan ini tidak mudah. Lantaran banyak yang terinfeksi virus tapi tidak bergejala (asimptomatik) serta belum adanya kesadaran dari masyarakat tertentu akan pentingnya menerapkan protokol kesehatan (3M).

Berbagai strategi pemerintah untuk menangani pandemi mulai dari identifikasi kasus, isolasi, dan karantina, pemeriksaan/pengujian (testing), perawatan (care/treatment), dan pelacakan kontak (contact tracing).

Tracing merupakan proses pelacakan yang terdiri dari identifikasi, penilaian dan pengelolaan terhadap seorang yang telah terpapar penyakit dengan tujuan untuk memutus rantai penularan.

Pelacakan kontak (contact tracing) dilakukan pada mereka yang punya riwayat kontak erat dengan suspek Covid-19 (ODP), Suspek Covid-19 dengan bergejala seperti demam, batuk, sesak nafas, kasus konfirmasi Covid-19 baik simptomatik maupun asimptomatik, serta orang yang bepergian keluar kota atau luar negeri pada 14 hari terakhir.

Tracing dapat membantu menghentikan penyebaran virus. Tanpa upaya contact tracing, Covid-19 akan terus menyebar di masyarakat. Kita dapat saling melindungi dari Covid-19 dengan berpartisipasi dalam proses tracing.

Selain proses tracing, upaya lainnya adalah melalui penyekatan. Ini berfungsi untuk menghentikan mobilitas masyarakat sehingga bisa menekan penularan.

Tidak hanya di Indonesia, beberapa negara lain juga menerapkan aturan penyekatan untuk membatasi mobilitas masyarakat. Di antaranya adalah Malaysia.

Bahkan negara seperti Australia lebih ketat lagi dalam aturan penyekatan. Mereka menerapkan lockdown kota jika terjadi peningkatan kasus Covid-19. Saat lockdown, semua warga diminta tetap berada di rumah kecuali untuk pekerjaan penting, berbelanja, berolahraga dan mengikuti penyuntikkan vaksin Covid-19. Tak satupun pertemuan tatap muka diperbolehkan.

Peningkatan kasus Covid-19 yang cukup drastis di Bangkalan, Jawa Timur membuat pemerintah mengambil tindakan antisipatif dengan melakukan pemeriksaan di posko penyekatan jembatan Suramadu, baik dari sisi Surabaya maupun Madura.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan posko penyekatan ini dibangun pemerintah sebagai upaya penanganan Covid-19 di Indonesia. Menko memastikan fasilitas dan layanan di posko sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan.

"Penyekatan ini salah satu langkah tastis. Lama tidaknya tergantung dari kooperatif tidaknya masyarakat. Karena itu saya minta kooperatiflah masyarakat, menahan diri dulu untuk bersedia diatur, bersedia dirancang oleh petugas," kata Menko PMK dikutip dari keterangan resmi, Rabu (23/6).

Untuk diketahui, laporan Dinas Kesehatan Kota Surabaya, dijelaskan Menteri Muhadjir menyebutkan sekitar 20 persen dari total pemeriksaan menunjukkan hasil positif Covid-19. Pemeriksaan tes usap (swab) antigen yang dilakukan di posko penyekatan Jembatan Suramadu mencapai 3.000-3.500 sampel dalam sehari.

Kita semua lebih aman ketika Covid-19 dihentikan di jalurnya. Dengan bekerja sama, kita dapat menahan penyebaran virus dan menyelamatkan lebih banyak nyawa. (CHE)

Simak video pilihan berikut ini: