Artikel

Perjuangan di Balik Tembusnya 100 Juta Vaksin Covid-19

 
 | ArusBaik

ArusBaik.id – Pemerintah terus menggencarkan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di semua penjuru tanah air. Bahkan, untuk mensukseskan program tersebut, vaksin Covid-19 masuk ke dalam salah satu indikator penentu tingkat PPKM suatu wilayah.

Berdasarkan data yang diunggah vaksin.kemkes.go.id, dari 208.265.720 sasaran vaksinasi, update per tanggal 18 Oktober 2021, sebanyak 108.443.697 atau 52.07% telah melakukan vaksin tahap pertama. Sementara yang sudah melakukan hingga tahap atau dosis kedua sebanyak 63.486.617 atau 30.48%.

Sementara vaksin Covid-19 yang sudah masuk ke Indonesia hingga pertengahan bulan Oktober 2021 jumlahnya hampir menyentuh angka 300 juta dosis. Jumlah ini terdiri dari berbagai merk vaksin Covid-19.

"Total vaksin Covid-19 yang datang 282.490.700. Terdiri dari berbagai merk dan dalam bentuk jadi maupun bahan baku," Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Usman Kansong dilansir covid19.go.id, Jumat (15/10).

Kendati demikian, keberhasilan tingginya angka vaksinasi di Indonesia tak lepas dari upaya dan perjuangan yang dilakukan oleh para tenaga kesehatan sejak Januari 2021 lalu itu atau saat pertama kali vaksin Covid-19 mulai dilakukan.

Mengutip katadata.co.id, ada beberapa perjuangan yang dilakukan para nakes untuk dapat mensukseskan program vaksinasi Covid-19 demi mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok. Seperti yang dikisahkan oleh Dokter Dita, vaksinator di salah satu puskesmas Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Ia telah beberapa kali diminta membantu program vaksinasi massal di sekolah atau kantor polres. Namun, hanya makan siang yang diterima sebagai upahnya, bukan honor atau bayaran. Ironisnya, dalam sehari ia bisa menangani 100 sampai 300 peserta.

Lalu, ada juga kisah dari Dokter Wahyu Pravita Ulfa yang menjadi vaksinator di Puskesmas Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Ia dapat menangani 100 peserta vaksinasi setiap harinya dan bertambah hingga 700 orang jika ramai.

Mirisnya, meski sudah banting tulang honor sebagai vaksinator belum diterimanya lantaran terkait surat pertanggungjawaban atau SPJ yang biasanya keluar beberapa bulan setelah pelaksanaan tugas. Mengenai besarannya pun tidak ketahui. Namun, ia mengatakan bekerja di bawah dinas kesehatan maka dirina harus siap ditugaskan saja.

Tak hanya itu, cerita lain juga datang dari Dokter Nuni Ratna Utami, nakes di Puskesmas Legonkulon, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Ia mengungkapkan selama menjadi vaksinator ia sering diminta datang ke vaksinasi massal di luar puskesmas.

Nuni mengatakan tugas vaksinator mulai dilakukan pukul 08.00 sampai 15.00 WIB. Minimalnya ia menyuntik 100 peserta, namun angka ini bisa bertambah hingga 300 atau lebih tergantung dari jumlah peserta yang hadir.

Pasalnya, menurut ia tim nakes dari puskesmas berjumlah 30 hingga 120 orang. Sedangkan jumlah peserta biasanya 25 ribu hingga 200 ribu orang di tiap wilayah kerja. Sementara terkait honor, ia berujar, honor dari pihak peyelenggara besarannya berbeda-beda, tergantung sponsor.

“Pernah ada koleganya mendapat Rp 150 ribu per kedatangan plus merchandise. Tapi saat saya jadi vaksinator tidak sebanyak itu. Cukup untuk seluruh anggota tim nakes makan di luar konsumsi dari penyelenggara,” ujarnya.

Bukan hanya para nakes yang berjuang, untuk membantu mensukseskan program vaksinasi demi mencapai kekebalan kelompok, Yayasan Tunasmuda Care yang berbasis di Jakarta merupakan lembaga filantropi sosial juga membuka sentra vaksin Covid-19.

Pada Juli lalu, yayasan ini membuka sentra vaksin Covid-19 untuk dosis pertama dengan kuota 500 di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 30, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Kemudian, pada Agustus 2021, dosis kedua diberikan dengan kuota yang sama.

Pelaksaan ini merupakan permintaan pihak kecamatan setempat sebagai upaya mendukung vaksin Covid-19. Untuk tenaga vaksinator yang melakukan penyuntikan, dilakukan oleh dua petugas, yakni pertama, mereka yang berasal dari relawan tenaga kesehatan, seperti dokter, perawat, dan bidan. Dan kedua relawan non-nakes yang berasal dari anggota Tunasmuda Care.

Relawan nakes bertugas menyuntikkan vaksin. Sedangkan relawan non-nakes mengurus administrasi, seperti pendaftaran dan pencatatan peserta vaksinasi. Setiap relawan mendapat honor mulai dari Rp 100 ribu. Tak heran jika biaya yang diperlukan total mencapai Rp 25 juta hingga yayasan ini membuka donasi untuk penyelenggaraannya.

Kendati demikian, dengan tingginya angka masyarakat yang sudah melakukan vaksinasi, Epidemiolog Griffith University, Australia, Dicky Budiman mengatakan masih ada target kelompok yang menjadi prioritas agak tidak dilupakan seperti lansia, orang dengan komorbid dan masyarakat rentan. (DIN)