Artikel

Selain Covid-19, Perubahan Iklim Jadi Ancaman Serius Bagi Dunia

 
 | ArusBaik

ArusBaik.id - Presiden Joko Widodo menyatakan komitmen Indonesia dalam penanggulanan isu perubahan iklim. Hal tersebut ia ungkapkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pemimpin Dunia Conference of the Parties (COP) 26 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang digelar di Glasgow, Skotlandia, Senin lalu.

Orang nomor satu di Indonesia ini menaruh atensi khusus atas isu perubahan iklim lantaran hal ini menjadi masalah besar selain Covid-19. Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Indonesia mengalami peningkatan suhu rata-rata udara di permukaan tanah 0,5 derajat celcius selama abad 20.

Sementara jka dibandingkan periode tahun 1961 hingga 1990, rata-rata suhu di Indonesia diproyeksikan meningkat 0,8 sampai 1,0 derajat Celcius antara tahun 2020 hingga 2050. Tentu hal ini merupakan dampak dari perubahan iklim.

Mengutip Kompas.com, selain suhu yang meningkat, ada sejumlah dampak lain yang sangat berbahaya akibat perubahan iklim. Dampak tersebut yakni:

1. Harga pangan meningkat

Hal ini dikarenakan hasil tanaman pangan seperti jagung, gandum, beras hingga kapas, akan menurun hingga 30 persen menurut prediksi pakar sehingga akan berujung pada peningkatan harga.

2. Siklus yang tidak sehat

Curah hujan diproyeksikan akan menurun sebanyak 40 persen di beberapa lokasi. Namun, meningkatnya suhu ditambah dengan populasi global akan mencuatkan permintaan energi yang akan berujung pada produksi emisi yang menyebabkan perubahan iklim.

3. Rusaknya infrastruktur

Perubahan iklim memicu lebih banyak cuaca ekstrem yang menghasilkan bencana. Seperti contohnya hujan dengan intensitas besar yang kemudian menyebabkan banjir di sejumlah titik.

4. Berkurangnya sumber air

Membludaknya jumlah penduduk menyebabkan tingginya permintaan air. Kemudian hal ini menimbulkan penyedotan besar-besaran terhadap sumber air yang ada.

5. Meningkatnya penyakit pernapasan

Akibat perubahan iklim, dapat menyebabkan polusi udara yang akhirnya menurunkan fungsi dari paru-paru.

6. Bencana hidrologi

Bencana alam, hasil dari perubahan iklim, meningkatkan badai dan cuaca ekstrem. Hanya beberapa kota di dunia yang mempunyai sistem penanggulan yang cukup baik untuk bencana-bencana tersebut.

Oleh sebab itu, Presiden Jokowi dalam pidatonya di KTT COP 26 mengatatakan bahwa perubahan iklim adalah ancaman besar bagi kemakmuran dan pembangunan global. Oleh karenanya solidaritas, kemitraan, kerjasama, kolaborasi global, merupakan kunci.

“Dengan potensi alam yang begitu besar, Indonesia terus bekontribusi dalam penanganan perubahan iklim. Laju deforestasi turun signifikan, terendah dalam 20 tahun terakhir. Kebakaran hutan juga turun 82 persen di tahun 2020,” kata Presiden dikutip Youtube Sekretariat Presiden.

Selain itu, Presiden mengungkapkan, Indonesia juga telah memulai rehabilitasi hutan mangrove seluas 600 ribu hektare di 2024, terluas di dunia. Bahkan, Indonesia juga telah merehabilitasi 3 juta lahan kritis antara tahun 2010 sampai 2019.

“Sektor yang semula menyumbang 60 persen emisi Indonesia akan mencapai carbon net sink, selambatnya tahun 2030,” ungkapnya.

Sementara itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, wujud komitmen Indonesia dalam penanggulanan isu perubahan iklim dapat dilihat dari sikap pemerintah yang telah meratifikasi Paris Agreement yang didalamnya terdapat komitmen Nationally Determined Contribution (NDC) pada tahun 2016 silam.

“Kami ingin menjadi negara yang bertanggung jawab di dunia,” kata Menkeu dilansir laman resmi Kemenkeu, Kamis (4/11). (DIN)