Artikel

Waspada Kemunculan Varian Mu, Pemerintah Susun Skenario Gelombang Ketiga

 
 | ArusBaik

ArusBaik.id – Pemerintah meminta masyarakat agar selalu patuh dan disiplin pada protokol kesehatan meski kasus Covid-19 terus menurun setiap harinya. Pemerintah juga mengimbau agar masyarakat segera melakukan vaksinasi untuk memperkuat antibodi tubuh dan tidak boleh lengah di masa PPKM bertingkat.

Hal ini sekaligus menyikapi World Health Organization (WHO) yang mengumumkan adanya varian baru virus Corona, Mu atau B.1.621. Virus ini pertama kali ditemukan di Kolombia pada Januari 2021 dan sudah masuk ke Kawasan Asia, seperti Jepang dan Hong Kong.

Kemunculan varian Mu dikhawatikan karena menurut riset awal WHO, varian ini diduga kebal terhadap vaksin. Oleh sebab itu, WHO mengkategorikan varian ini sebagai varian yang diwaspadai atau variant of Interest (VoI) sehingga menjadi perhatian khusus.

Melansir Badan Kesehatan Inggris (NHS), ada tiga gejala utama varian Mu, yaitu:

  1. Suhu tinggi

  2. Batuk terus menerus

  3. Kehilangan indra penciuman atau pengecap

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito mengungkapkan meski saat ini situasi sudah terlihat normal, di mana pemerintah sudah melakukan pembukaan kegiatan ekonomi sosial secara perlahan, namun tetap dilakukan pemantauan.

“Pemerintah tetap melakukan pengawasan dalam dan luar negeri untuk mencegah adanya imported case,” kata Wiku.

Hal senada juga disampaikan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso. Dikutip CNBC, Senin (6/9), ia mengatakan varian Mu ini sudah tersebar di 39 negara.

Suharso pun tidak menampik kemungkinan terjadinya potensi gelombang ketiga di Indonesia. Namun, pemerintah berharap penularan gelombang ketiga bisa diantisipasi jika masyarakat patuh menjalani protokol kesehatan.

"Gelombang ketiga, kita harapkan tidak terjadi. Sekarang yang menjadi concern (pemerintah) sudah ada untuk mengantisipasi varian Mu. Dan dalam kondisi ini vaksinasi merupakan game changer utama yang lebih permanen," kata Suharso.

Terkait dugaan varian baru Mu ini kebal terhadap vaksin, Ahli penyakit menular dari Mater Health Services dan University of Queensland, Paul Griffin, mengatakan tes laboratorium tersebut tidak memberikan gambaran lengkap tentang bagaimana kekebalan manusia bekerja di dunia nyata.

"Studi penetralisir itu sangat berguna karena cukup mudah dilakukan dan cukup cepat, tetapi itu adalah bagian dari cerita, bukan keseluruhan cerita," kata Griffin dikutip ABC Australia via CNN Indonesa.

Oleh sebab itu, varian Mu seharusnya tidak menjadi masalah besar masyarakat karena masih harus diteliti secara klinis. Ia juga berpendapat tentang vaksin Covid-19.

“Semakin banyak orang yang divaksinasi, semakin sedikit inang yang memungkinkan virus dapat terus hidup dan menjalani evolusi serta menjadi lebih kuat,” ucap Griffin dilansir Youtube Kompas TV.

Sementara itu, hingga kini para ilmuwan masih menyelidiki apakah varian Mu lebih menular, bahkan menyebabkan penyakit yang lebih serius daripada varian Delta yang kini dominan di sebagian besar dunia.

Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Riris Andono Ahmad mengatakan, kemungkinan varian baru muncul dan masuk ke Indonesia akan selalu ada selama pandemi Covid-19 belum berakhir.

“Varian Mu ini dipantau berdasarkan perilakunya, apakah varian ini punya kemampuan transmisi yang lebih tinggi, apakah menyebabkan penyakit yang lebih parah dan apakah mampu menghindari imunitas karena vaksin,” kata Riri dikutip Kompas.com.

Namun demikian, sejauh ini, varian Mu belum menimbulkan kekhawatiran sebesar varian Alpha dan Delta. (DIN)

Simak penjelasan ringkasnya berikut ini: